Get your myspace layouts where I get them, at pYzam.com.
MySpaceLayouts

-->

Sabtu, 21 November 2009

SUMPAH PEMUDA


Siapa yang mencederai, yang membelakangi, yang melecehkan komitmen Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu, mes-tinya berhitung bahwa mereka akan berhadapan dengan pemuda dan rakyat Indonesia secara keseluruhan yang akan merasa kedaulatan dan kehormatan-nya serasa dilukai”.
Suatu gagasan luar biasa juga dibentangkannya. Dikemukakannya bahwa jika ditelusuri secara cermat kelahiran bangsa Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, sesungguhnya dia dibangun atas dasar konsepsi SARA, yaitu dari bangunan keragaman suku, bangsa, agama dan warna kulit pemuda Indonesia dari berbagai daerah-daerahlah yang mendeklarsikan Sumpah Pemuda untuk menyatukan Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Tetapi dipertanyakannya, justru kenapa SARA saat ini yang kemudian berbalik menjadi ancaman konflik antar masyarakat, yang hampir saja memperok-porandakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia?
***
Kegamangan Almarhum Husni Djamaluddin yang dikenal memiliki sumber-sumber pemikiran orisinil atas kedalaman perenungan yang dikaruniahkan Tuhan kepadanya, di saat-saat melanjutkan perjuangan yang tertatih-tatih untuk --- tidak sabar lagi, segera sekarang saja! --- pembentukan Propinsi Sulawesi Barat. Dikegamangannya dikatakan bahwa kenapa untuk membentuk suatu wilayah pemerintahan propinsi saja, kita mesti dan harus bekerja keras seperti ini, harus dengan semangat “perjuangan” (sebaimana dicontohkannya penamaan yang digunakan Komite “Perjuangan” Pembentukan Propinsi Sulbar), seperti saja ketika kita berjuang dalam pencapaian kemerdekaan Indonesia.
Bukankah bangsa Indonesia katanya sudah sekian puluhan tahun telah men-capai kemerdekaannya, dan tidak ada golongan kolonialis di bangsa Indonesia yang harus di lawan. Apa juga toh salah katanya, “Mendirikan Propinsi Sulawesi Barat, bukanlah bermaksud memisahkan orang-orang Indonesia yang bersuku Mandar, dari Saudaranya yang ber-KTP R.I., orang-orang Mandar adalah juga orang Indonesia, tetap ber-KTP R.I.”, ungkapnya pada saat Kongres Rakyat mandar dilaksanakan di Majene pertengahanh 2001.
Kegelisahan tentang nasionalisme keindonesiaan semakin menguat, ketika saya bersama sekolompok anak-anak muda Mandar bermaksud menerbitkan sebuah tabloid khusus untuk mendukung perjuangan pembentukan Propinsi Sulawesi Barat. Sebagai konsultan, Alamarhum secara terbuka mengatakan ketidak-sepakatnya jika tabloid itu dinamai “Mandar Pos”, dengan dalih bahwa lagi-lagi nanti dicurigai sebagai orang-orang yang bergerak atas nama kesukuan, dipandang oleh penguasa sebagai bagian dari kaum separatis yang akan melakukan “pemberontakan” daerah.
Hanya saja Almarhum kemudian bersepakat, ketika saya mencoba memberi argumen, bahwa penamaan “Mandar” untuk tabloid ini bukanlah dalam pengertian suku, tetapi menjadi dari “Nama” dan “Identitas” dimana tabloid ini beredar, serta cakupan pemberitaannya yang mendekatkannya pada segmen pembacanya orangt-orang Mandar. Alamarhum mengangguk-angguk, sedikit agak setuju. Tetapi ketika mencoba memberi argumen dengan logika terbalik, ia tersernyum setuju.
SOEMPAH PEMOEDA

Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928

0 komentar:

Posting Komentar